Press Release Kajian 1 (Online): Environmental Degradation Through Economist’s and Ecologist’s Perspective

by Research Division HIMA ESP FEB Unpad

Tema:

Environmental Degradation Through Economist’s and Ecologist’s Perspective”

Pembicara:

  1. Martin Daniel Siyaranamual (Dosen departemen ilmu ekonomi, FEB Unpad)
  2. Haerudin Inas (Manager edukasi dan regenerasi, Walhi Jawa Barat)

Waktu dan Tempat:

Sabtu, 24 April 2021, Zoom Meeting.

Banyak orang berpikir ekonomi dan lingkungan adalah dua aspek yang tidak dapat disatukan. Kegiatan ekonomi sering dikaitkan dengan konotasi negatif dengan lingkungan. Perlu adanya hubungan dan sudut pandang yang baik dalam Ilmu Ekonomi untuk melihat dampak lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi. Salah satu caranya adalah dengan pembangunan berkelanjutan. Ekonomi dan lingkungan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan dapat menjadi penyedia bahan baku untuk kegiatan produksi, menjadi daya tampung atau tempat menganulir limbah hasil produksi, dan menyesuaikan keindahan yang dapat dinikmati langsung oleh manusia. Ketiga fungsi tersebut tidak lain adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Namun, manusia seringkali tidak mengetahui bagaimana caranya memanfaatkan sumber daya alam secara optimal tanpa menciptakan dampak lingkungan yang semakin parah. Alasannya adalah karena lingkungan sulit dihitung secara nominal karena lingkungan tidak memiliki harga.

Degradation atau penurunan kualitas lingkungan di daerah perkotaan lebih cepat terjadi. Penurunan permukaan tanah terus berlangsung dan memiliki dampak yang lebih terasa kepada orang yang tidak mampu. Kita tidak dapat langsung menyimpulkan bahwa untuk menjaga lingkungan akibat kegiatan ekonomi, maka tidak boleh ada kegiatan ekonomi sama sekali karena bagaimanapun manusia perlu memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu dengan adanya kegiatan produksi. Oleh karena itu, perbaikan kesejahteraan sosial perlu menjadi fokus pemerintah dan instansi terkait di mana ekonomi dan lingkungan dapat berjalan beriringan. Seluruh kegiatan ekonomi akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh faktor eksternal diluar produksi, salah satu contohnya adalah lingkungan.

Para ekonom memiliki peran penting dalam estimasi perhitungan lingkungan karena dalam kegiatan ekonomi dan pengaruhnya terhadap lingkungan perlu dilihat dari struktur biaya dan adanya biaya perlindungan bencana yang mungkin ditimbulkan. Masalah lingkungan dapat terjadi karena mekanisme pasar gagal untuk memasukkan nilai keuntungan yang diperoleh dari lingkungan tersebut. Beberapa penyebab fundamental masalah lingkungan yang terjadi antara lain, kita tidak pandai berhitung nilai yang dihasilkan dari lingkungan dan kita kurang peduli pada hari esok sehingga menggunakan sumber daya alam dengan tidak terkendali.

Pembangunan berkelanjutan adalah cara untuk menjaga nilai lingkungan dengan tidak mengurangi kemampuan generasi setelahnya untuk menggunakan sumber data alam. Ketika kegiatan ekonomi yang melibatkan lingkungan akan dilakukan, perlu perhitungan biaya dan manfaatnya. Terdapat instrumen ekonomi untuk mendorong perubahan perilaku individu melakukan kebijakan fiskal dan insentif dengan mengadakan pajak karbon. Pajak karbon adalah pajak yang dibebankan terhadap pemakaian bahan bakar berdasarkan kadar karbonnya.

Dalam sudut pandangan ekologi, faktor kerusakan lingkungan hidup dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor alam (bencana ekologi) dan faktor manusia. Selain itu, terdapat beberapa permasalahan lingkungan yaitu buruknya tata ruang kota, tidak adanya pilihan lain masyarakat untuk bertahan hidup, gagalnya fungsi ekosistem, dan fatalnya dampak yang terjadi jika ada kematian. Seluruh lapisan masyarakat dari perusahaan, pemerintah, masyarakat, maupun ketiganya dapat menjadi faktor perusak lingkungan. Oknum-oknum yang seenaknya menggunakan sumber daya alam untuk keuntungan pribadi sungguh sangat meresahkan. Absennya peran negara dan tidak berjalannya kebijakan pemerintah menjadi faktor krisis kerusakan lingkungan yang semakin buruk. Paradigma pembangunan lebih kuat dalam mengedepankan kepentingan ekonomi-politik dan para investor untuk mengejar keuntungan ekonomi ketimbang kestabilan ekologi.

Pada sisi lain, dalam pandangan ekonom, kerusakan lingkungan diakibatkan oleh kurang sempurnanya proses perhitungan nilai lingkungan dan kita yang tidak lagi peduli pada hari esok. Ketika berbicara mengenai perhitungan nilai ekonomi dari lingkungan, kita perlu menyadari pentingnya dan bagaimana peranan alam dalam kegiatan ekonomi yang diantaranya adalah sebagai penyedia bahan baku dan kemampuan alam untuk menyerap berbagai polutan dari hasil kegiatan ekonomi. Kedua kemampuan ini harus dijaga untuk menjaga kelestarian alam itu sendiri dan dalam rangka mewujudkan proses pembangunan yang berkelanjutan. Proses pembangunan yang berkelanjutan ini menuntut kita untuk memenuhi poin yang kedua, yaitu bagaimana kita dapat meningkatkan kesadaran akan hari esok. Berbagai indikator yang ada pada saat ini harus terus bertransformasi dalam meningkatkan ketahanan lingkungan dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih baik, seperti rendahnya emisi karbon, efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam, dan pertumbuhan yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Menurut PBB, pembangunan yang berkelanjutan adalah proses pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang, atau dalam kata lain, pembangunan yang berkelanjutan minimalnya membuat generasi mendatang memiliki kondisi yang sama dengan generasi saat ini, dan jauh lebih baik jika kesejahteraan atau segala aspek pembangunannya terus mengalami peningkatan. Contohnya adalah ketika alih fungsi lahan pertanian dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan aksesibilitas suatu daerah, atau contoh lainnya adalah ketika penggunaan sumber daya alam bertujuan untuk meningkatkan belanja modal seperti pembangunan jalan, jembatan, sekolah, dan beasiswa.

Contoh yang lebih nyata dapat dilihat di negara Norwegia, dimana mereka berhasil dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dengan menginvestasikan berbagai hasil alamnya ke beberapa instrumen keuangan yang begitu menguntungkan bagi masyarakatnya. Berikut ini adalah perbandingan produksi minyak dengan pendapatan per kapita antara Norwegia, Arab Saudi, dan Algeria.

Sumber: Presentasi Pembicara

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pendapatan per kapita Norwegia terus mengalami peningkatan meski tidak dibarengi oleh peningkatan produksi minyak. Berkebalikan dengan Arab Saudi dan Algeria yang pendapatan per kapitanya bertumbuh secara tidak signifikan disamping peningkatan produksi minyak yang terus bertumbuh.

Terdapat setidaknya tiga kunci yang membuat Norwegia berhasil dalam memanfaatkan sumber daya alamnya. Pertama, seperti yang sudah disinggung, pemerintah Norwegia menginvestasikan 80% penghasilan dari minyak ke instrumen investasi luar negeri, dimana 60% adalah ekuitas dan 40% sisanya adalah sekuritas pendapatan tetap. Kedua, negara ini membangun oil fund, yang diperuntukan untuk didistribusikan kembali kepada masyarakat dalam bentuk jaminan hari tua dan didistribusikan untuk memperkuat fundamental perekonomian. Ketiga, masyarakat Norwegia mampu menahan diri untuk tidak menghamburkan keuntungan dari minyak bumi pada kegiatan yang tidak produktif. Hal ini juga merupakan implementasi dari Hartwick rule, dimana konsepnya adalah “for a country’s development to be sustainable, the amount of investment in produced capital need to at least offset the declining stocks of non-renewable and environmental resources.”

Pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan untuk menopang kebutuhan kehidupan generasi saat ini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk menopang kebutuhan kehidupan generasi mendatang. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah dengan penguatan kapasitas masyarakat yang terdampak, kampanye lingkungan, mekanisme pemulihan lingkungan, serta advokasi dan sistem komunikasi yang baik kepada seluruh stakeholders. Dalam sisi kebijakan fiskal, Indonesia perlu mengurangi beberapa alokasi anggaran yang dapat berdampak negatif pada lingkungan, seperti subsidi bahan bakar minyak, subsidi listrik, dan subsidi pupuk. Selain itu, diperlukan fokus yang lebih dalam menyerap dan mengimplementasikan program Payment for Environmental Services (PES) dalam skala program global (REDD+) dan lokal,, serta adanya transfer fiskal antar regional.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s