Perilaku Pembelajaran dan Kesehatan Mental Mahasiswa Universitas Padjadjaran Pada Masa COVID-19

by Research Division HIMA ESP FEB UNPAD

Pendahuluan

Pandemi COVID-19 telah berdampak terhadap berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan. Sejak pertengahan bulan Maret, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan kebijakan untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring. Pembelajaran Jarak Jauh ini berlaku terhadap semua strata pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Berdasarkan kebijakan yang ditetapkan tersebut, Universitas Padjadjaran yang merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia menerapkan kebijakan perkuliahan daring mulai pertengahan bulan Maret hingga saat ini.

Penerapan perkuliahan daring pada masa pandemi tentunya perlu dilakukan penyesuaian, mengingat perkuliahan daring seperti ini baru diterapkan pertama kali untuk kegiatan belajar mengajar. Penyesuian yang dilakukan berupa penggunaan platform seperti google meet, zoom meetings, google classroom dan lain-lain untuk menunjang pembelajaran daring. Tentunya pengguanaan platform tersebut tidak terlepas dari ketersediaan fasilitas yang dimiliki masing-masing mahasiswa. Bagi mahasiswa yang memiliki fasilitas baik, mereka tidak akan memiliki masalah terhadap pembelajaran daring. Tetapi jika mahasiswa memiliki keterbatasan fasilitas yang dimiliki, maka mahasiswa tersebut akan menghadapi kesulitan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selain itu, perubahan pembelajaran dari pola non-daring menjadi daring membuat adanya perubahan kondisi psikologis mahasiswa karena pola pembelajaran seperti ini tidak pernah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, kami divisi Research Hima ESP FEB Unpad melakukan penelitian mengenai “Perilaku Pembelajaran dan Kesehatan Mental Mahasiswa Universitas Padjadjaran Pada Masa COVID-19” dengan 3 dimensi utama, yaitu dimensi pembelajaran daring, kesehatan mental, dan ketersediaan fasilitas yang dimiliki mahasiswa dengan tujuan mengetahui pola perilaku, kebiasaan dan kondisi mahasiswa Universitas Padjadjaran dalam menjalankan perkuliahan daring pada masa pandemi COVID-19.

Data dan Metodologi

Dalam penelitian ini, kami menggunakan data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner daring dari tanggal 30 November – 9 Desember 2020 melalui platform google form. Kami memperoleh 124 responden dari berbagai fakultas dan jurusan di Universitas Padjadjaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif yang memiliki objektif untuk menjelaskan perilaku pembelajaran dan kesehatan mental mahasiswa Universitas Padjadjaran pada masa pandemi COVID-19.

Dalam penelitan ini kami membagi kajian menjadi 3 dimensi utama yaitu dimensi pembelajaran daring, kesehatan mental dan sarana pembelajaran daring. Dimensi pembelajaran daring membahas mengenai perilaku pembelajaran mahasiswa sepanjang masa pandemi COVID-19. Dimensi kesehatan mental mengkaji mengenai perilaku yang dapat mengrefleksikan atau menjadi proxy yang mempengaruhi kesehatan mental mahasiswa dalam masa pandemi COVID-19. Dimensi terakhir, yaitu dimensi sarana pembelajaran daring memiliki objektif untuk mengkaji berbagai jenis sarana yang dimiliki mahasiswa Universitas Padjadjaran dalam melaksanakan kuliah daring.

Dari 124 data yang kami peroleh terdapat 80 responden (64.5%) perempuan dan 44 responden (35.5%) laki-laki. Korespondensi tersebut juga terbagi dari berbagai angkatan dengan responden terbanyak dari angakatan 2018 sebanyak 51 responden (41.1%) disusul oleh angkatan 2020 sebanyak 46 responden (37.1%), angkatan 2019 sebanyak 23 responden (18.5%) dan sisanya yaitu 4 responden berasal dari angkatan 2017 atau lebih tinggi.

Dimensi Pembelajaran Daring

Dalam mengkaji dimensi pembelajaran daring kami memberikan 10 pertanyaan utama. Pertanyaan yang telah dilampirkan didesain untuk merefleksikan bagaimana perilaku ataupun perubahan perilaku mahasiswa dalam pembelajaran daring pada masa pandemi COVID-19. Dari data yang sudah dikumpulkan, kami menemukan beberapa fakta mengenai pembelajaran daring pada masa pandemi ini. Dari 124 responden, hampir semua atau 94.4% mengaku atau berpendapat bahwa pembelajaran daring sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan kuliah mereka. Sebanyak 62 responden atau 50% biasa saja dalam memperhatikan bahan mata kuliah yang disampaikan sedangkan 28.2% responden mengaku mereka tidak serius, 5.6% responden sangat tidak serius, 14.5% serius dan 1.6% sangat serius dalam memperhatikan bahan mata kuliah. Hal ini mengambarkan bahwa lebih banyak mahasiswa yang tidak serius dalam memperhatikan (33.8%) dibandingkan yang serius dalam memperhatikan (16.1%) bahan matakuliah yang disampaikan secara daring.

Data yang kami peroleh juga mengambarkan bahwa 15.3% responden tidak pernah tertidur dalam kegiatan kelas secara daring, 21% responden jarang sekali tertidur, 32.3% terkadang tertidur, 25% sering tertidur dan 6.5% sangat sering tertidur dalam kegiatan kelas secara daring. Data ini mengambarkan bahwa mahasiswa memiliki prevalansi atau probabilitas untuk tertidur selama proses pembelajaran yang dilakukan secara daring. Selain itu 80.6% responden juga mengaku bahwa kuliah secara daring berpengaruh terhadap performa pengerjaan tugas mereka dibandingkan kuliah secara tatap muka. Dari sisi waktu pembelajaran materi kuliah diluar jam kuliah, terdapat penurunan yang drastis akibat perpindahan dari pembelajaran tatap muka ke daring. Hal ini dilihat dari kenaikan jumlah mahasiswa yang belajar diluar jam kuliah dengan durasi dibawah 1 jam dari 11.3% ke 19.4% dan dengan durasi antara 1 – 2 jam dari 14.5% ke 25% serta penurunan jumlah mahasiswa yang belajar diluar jam kuliah dengan durasi 3-4 jam dari 29% ke 12.1% dan dengan durasi 4-5 jam dari 7.3% ke 4.8%.

Kami juga menemukan bahwa dengan diberlakukan pembelajaran secara daring, terdapat 17.7% responden yang tidak pernah menyalin tugas, 26.6% yang jarang menyalin tugas, 33.1% yang terkadang menyalin tugas, 15.3% yang sering menyalin tugas dan 7.3% yang sangat sering menyalin tugas. Selain itu juga terdapat 41.1% yang cukup aktif dalam melakukan pekerjaan kelompok dalam masa pembelajaran daring, 10.5% yang sangat aktif, 25% yang aktif, 16.9% kurang aktif dan 6.5% tidak aktif dalam pekerjaan kelompok tersebut. Dari sisi pemindahan jadwal perkuliahan, kami menemukan bahwa 30.6% responden terkadang mengalami pemindahan jadwal kuliah daring oleh dosen yang bersangkutan, 31.5% sering dan 16.1% sangat sering mengalami pemindahan jadwal kuliah daring. Terakhir, pada dimensi ini kami menemukan bahwa 30.6% responden merasa cukup sulit, 29% sulit dan 23.4% sangat sulit dalam menyusun dan mengikuti jadwal kegiatan yang ada selama masa perkuliahan daring.

Dimensi Kesehatan Mental

Dalam mengkaji dimensi pembelajaran daring, kami memberikan 8 pertanyaan utama. Pertanyaan yang telah dilampirkan didesain untuk merefleksikan bagaimana perilaku ataupun perubahan perilaku mahasiswa yang merefleksikan kesehatan mental mereka pada masa pandemi COVID-19.

Dari data yang kami peroleh, yaitu 8.1% responden merasa sedikit tertekan, 29.8% biasa saja, 40.3% merasa cukup tertekan atau stress dan 21% merasa sangat tertekan atau stress dalam melakukan perkuliahan secara daring dibandingkan non-daring. Sebagian besar responden sebanyak 37.9% merasa sulit dan 36.3% merasa sangat sulit dalam membedakan waktu istirahat dan waktu belajar atau kerja saat melakukan perkuliahan daring dibandingkan non-daring. Selain itu, pada masa pandemi mayoritas dari responden sebanyak 36.3% secara rata-rata mengunakan gawai mereka untuk kegiatan belajar setiap harinya selama 7-9 jam, 20.2% antara 10 – 12 jam dan 14.5% menggunakan gawainya untuk keperluan tersebut selama lebih dari 12 jam.

Untuk mengukur tingkat kesehatan mental, kami juga melihat perubahan pola tidur antara masa perkuliahan non-daring dengan masa perkuliahan daring. Dari data yang kami peroleh, Sebanyak 58% responden tidur setelah pukul 12 malam dengan responden tidur terlarut pada pukul 3 pagi. Dari responden tersebut secara mayoritas atau 41.1% bangun setelah pukul 7 pagi dengan responden bangun paling siang pada pukul 10 pagi. Kami juga menemukan penurunan jam tidur yang cukup dramatis antara masa perkuliahan tatap muka dengan masa perkuliahan daring. Hal ini dilihat dari penuruan jam tidur responden, awalnya 50% turun ke 24.2% yang tidur antara 7-9 jam, kenaikan dari 4.8% ke 12.1% yang tidur kurang dari 4 jam dan kenaikan dari 42.7% ke 46.5% yang tidur antara 4-6 jam serta kenaikan dari 2.4% ke 7.3% yang jam tidurnya lebih dari 9 jam. Selain itu, kami menemukan bahwa 38.7% responden merasa sangat kesepian selama masa perkuliahan daring dibandingkan pada masa perkuliahan normal.

Dimensi Sarana Pembelajaran Daring

Dalam mengkaji dimensi sarana pembelajaran daring, kami memberikan 8 pertanyaan utama. Pertanyaan yang telah dilampirkan didesain untuk merefleksikan sarana pembelajaran daring yang dimiliki mahasiswa pada masa pandemi COVID-19. Dari data yang sudah dikumpulkan, kami menemukan sebagian besar responden atau 94.4% melaksanakan perkuliahan daring mereka dari rumah, sedangkan sisanya melaksanakan perkuliahan daring di kosan.

Secara mayoritas atau sebesar 53.2% responden merasa bahwa platform yang digunakan dalam kuliah online saat ini sudah dapat menyediakan layanan dengan baik sedangkan sisanya 33.9% merasa ragu-ragu dan 12.9% merasa platform tersebut belom dapat memberikan pelayanan dengan baik. Mayoritas mahasiswa Universitas Padjadjaran, yaitu sebesar 62.1% juga sudah mengakses internet dengan modem terdedikasi dibandingkan dengan tethering melalui kuota (16.1%) pribadi dan tethering melalui kuota bantuan KEMENDIKBUD (21.8%). Selain itu, data yang kami peroleh juga mengambarkan bahwa 59.7% responden sudah memiliki akses ke internet dengan kuota tidak terbatas (unlimited) dibandingkan dengan kuota yang terbatas (40.3%). Dari sisi kecepatan internet, sebagian besar responden (52.4%) sudah memiliki akses ke internet yang cukup cepat yaitu diatas 10 Mbps dengan 2.4% memiliki akses ke internet dengan kecepatan sangat tinggi yaitu diatas 100 Mbps, sedangkan 16.9% hanya memiliki akses internet dengan kecepatan dibawah 2 Mbps, 12.1% memiliki akses internet dengan kecepatan antara 3-5 Mbps dan 18.5% memiliki akses internet dengan kecepatan 5-10 Mbps.

Dari sisi kualitas, 52.4% responden menilai bahwa koneksi internet mereka kadang-kadang terputus saat melakukan pembelajaran secara daring, 16.1% responden menilai sering terjadi putus koneksi, 18.5% merasa koneksinya jarang terputus dan 8.1% merasa koneksinya sangat jarang putus. Dari sisi ketersediaan subsidi kuota KEMENDIKBUD, 67.7% responden merasa mereka terbantu dengan adanya kuota KEMENDIKBUD, dan sisanya yaitu 14.5% merasa tidak terbantu dan 17.7% merasa ragu-ragu. Sedangkan dari sisi tingkat kenyaman dalam kepemilikan fasilitas dan rangka pelaksanaan kuliah online, 41.9% responden merasa biasa-biasa saja, 23.4 merasa nyaman, 3.2% merasa sangat nyaman, 9.7% merasa tidak nyaman dan 21.8% merasa kurang nyaman.

Kesimpulan

Berdasarkan survei yang telah kami lakukan, penelitian ini menunjukan bahwa pembelajaran daring mempengaruhi perilaku mahasiswa Universitas Padjadjaran dalam menjalani perkuliahan di masa pandemi COVID-19. Pada dimensi pembelajaran daring, ditemukan bahwa sebagian besar mahasiswa yang tidak serius dibandingkan yang serius dalam memperhatikan bahan matakuliah yang disampaikan secara daring. Selain itu, kami menemukan bahwa sebagian besar mahasiswa merasa cukup sulit dalam menyusun dan mengikuti jadwal kegiatan yang ada selama masa perkuliahan secara daring. Pada dimensi kesehatan mental, ditemukan bahwa sebagian besar mahasiswa merasa cukup tertekan atau stress dalam melakukan perkuliahan secara daring dibandingkan non-daring dan ditunjukan oleh perubahan pola dan kuantitas jam tidur mahasiswa yang diobservasi. Pada dimensi sarana pembelajaran daring, ditemukan bahwa sebagian besar mahasiswa merasa platform dan fasilitas yang digunakan dalam kuliah online saat ini sudah baik, meskipun masih ada keluhan mengenai masalah koneksi yang sering terputus. Terakhir, mayoritas mahasiswa merasa terbantu dengan adanya kuota subsidi dari KEMENDIKBUD.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s