Economics & Gym: Sudut Pandang Ekonomi Terhadap Individu Yang Memilih untuk Berolahraga di Pusat Kebugaran (Gym)

By : Research Division HIMA ESP FEB UNPAD

Pendahuluan

Setiap orang selama hidupnya pasti pernah melakukan aktivitas olahraga. Menurut KBBI, olahraga adalah gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Aktivitas ini dilakukan karena memberi banyak manfaat bagi tubuh, seperti: mencegah penyakit jantung dan stroke, mengendalikan diabetes, menurunkan tekanan darah tinggi, mencegah nyeri punggung, menangkal obesitas, menunda keterbatasan fisik saat usia tua, menekan risiko osteoporosis, dan lain sebagainya. Selain manfaat bagi tubuh, berolahraga dapat meningkatkan kualitas hidup, seperti: memperbaiki suasana hati, menumbuhkan kepercayaan diri, mengatasi stress, membuat tidur lebih nyenyak, mengembalikan gairah seksual, menikmati waktu menyenangkan, dan lain sebagainya.

 

Berbagai aktivitas olahraga dapat dilakukan di dalam maupun luar rumah, adapun tempat yang umum digunakan untuk melakukan aktivitas olahraga adalah pusat kebugaran (gym) yang pertama kali muncul di Paris, Prancis, pada tahun 1847. Namun, menurut Scott Roberts, pusat kebugaran baru muncul untuk khalayak pada tahun 1947 di Santa Monica, California. Di tempat ini juga, terdapat alat latihan fisik untuk keperluan latihan fisik untuk melatih berbagai bagian tubuh. Di lihat dari sudut pandang bisnis, pusat kebugaran mendatangkan peluang bisnis yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan di industri ini di seluruh dunia mencapai US$ 81 miliar pada tahun 2016 merujuk pada laporan  International Health, Racquet & Sportsclub Association (IHRSA), sedangkan di Indonesia diestimasikan memiliki nilai pasar industri kebugaran sebesar Rp 2-3 triliun.

 

Jika aktivitas olahraga dapat dilakukan diluar pusat kebugaran, mengapa beberapa orang memilih untuk berolahraga secara rutin di tempat kebugaran? Bagaimana sudut pandang ekonomi terhadap individu yang memutuskan untuk berolahraga di pusat kebugaran?

 

Sudut Pandang Ekonomi Terhadap Keputusan Seseorang Untuk Pergi ke Pusat Kebugaran

Terdapat empat dari sepuluh prinsip ekonomi menurut Gregory Mankiw yang menunjukkan bagaimana individu membuat suatu keputusan, yaitu: prinsip pertama berbunyi “people face trade-offs”, prinsip kedua berbunyi “the cost of something is what you give up to get it”, prinsip ketiga berbunyi “rational people think at the margin”, dan prinsip keempat berbunyi “people respond to incentives”.

 

Dengan berpegang pada prinsip “People face trade-offs” berarti setiap orang yang ngegym mengorbankan rasa malas, nyaman, dan santai untuk berolahraga, uang, waktu, tenaga, dan lain sebagainya.

 

Dengan berpegang pada prinsip “The cost of something is what you give up to get it” berarti setiap orang yang memilih untuk ngegym menghadapi opportunity cost berupa uang, waktu, dan tenaga yang dapat dialokasikan untuk pengeluaran lain jika tidak ngegym, biaya yang ditimbulkan jika terjadi cedera, dan lain sebagainya.

 

Dengan berpegang pada prinsip “Rational people think at the margin” berarti orang yang rasional seharusnya melakukan segala sesuatu dengan marginal benefit lebih besar daripada marginal cost. Mereka yang rajin ngegym merasa bahwa tambahan manfaat yang diperoleh dari aktivitas ini lebih besar daripada tambahan biaya berupa biaya kunjungan atau membership, akses transportasi ke tempat kebugaran, waktu dan tenaga yang dikorbankan, dan lain sebagainya.

 

Dengan berpegang pada prinsip “People respond to incentives” berarti orang seharusnya melakukan segala sesuatu yang mendatangkan insentif, maka bagi mereka yang memutuskan untuk ngegym, mereka menyadari bahwa aktivitas ini dapat memberikan insentif berupa kesehatan fisik, kecakapan psikomotorik, postur tubuh yang ideal, membantu proses diet bagi mereka yang kegemukan atau obesitas (defisit kalori), meningkatkan berat badan bagi yang terlalu kurus (surplus kalori), meningkatkan rasa percaya diri, dan lain sebagainya.

 

Satu dari enam prinsip dari behavior economics berbunyi “People try to choose the best feasible option, but they sometimes don’t succeed.” Dengan kata lain, individu mencoba membuat pilihan yang optimal atau melakukan optimisasi, namun terkadang mereka membuat kesalahan. Penting untuk menekankan bahwa kesalahan ini dapat diprediksi sebagian. Salah satu faktor penjelas utama adalah pengalaman dan pelatihan: pembuat keputusan yang berpengalaman cenderung membuat pilihan yang lebih baik atau minim kesalahan daripada pembuat keputusan yang belum atau kurang berpengalaman. Hal ini dapat dilihat dari perilaku seseorang ketika memilih untuk rutin ke pusat kebugaran, beberapa dari mereka tidak memerhatikan atau bahkan tidak mementingkan progress yang diraih selama melakukan aktivitas tersebut secara rutin dalam jangka waktu tertentu, karena berbagai faktor seperti kesalahan kombinasi bagian tubuh yang ingin dilatih (pendekatan bro-split vs science) hingga detail-detailnya seperti repetisi gerakan dan massa beban yang diangkat, atau mungkin mengalami overtrained maupun cedera yang berbahaya bagi kesehatan fisik. Mereka yang berpengalaman dalam ngegym seharusnya dapat meminimalkan kesalahan yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut, termasuk dalam hal pemahaman mengenai gym science.

Behavioral Economics untuk mempromosikan pusat kebugaran

Pendekatan behavioral economics mampu menciptakan dorongan untuk melakukan aktivitas olahraga di pusat kebugaran, yaitu dengan cara-cara seperti: norma, framing, dan membentuk kebiasaan (habit formation).

 

Dilihat dari segi norma, diketahui bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi norma sosial, dan menyesuaikan persepsi adalah cara mudah dan efektif untuk mengubah perilaku (Lewis and Neighbors, 2006; Schultz, 1999). Dalam penelitian mereka, diungkapkan bahwa untuk meningkatkan kemungkinan seseorang dalam melakukan tingkat aktivitas fisik hanya perlu dilakukan dengan cara mengkomunikasikan tingkat aktivitas fisik rata-rata kepada mereka yang berada di bawah rata-rata. Hal ini sanggup mendorong motivasi orang-orang yang jarang berolahraga atau jarang melakukan aktivitas fisik yang berat seperti wanita hamil, manusia lanjut usia, orang-orang yang malas berolahraga atau mengalami obesitas, namun mereka dapat melihat kisah orang-orang dalam kelompok tersebut yang berhasil melakukan aktivitas fisik yang lebih berat dan berhasil mencapai berbagai goals yang mereka juga ingin raih seperti menurunkan berat badan, membentuk badan yang atletis, hingga kesehatan yang lebih baik, sehingga hal-hal seperti ini akan mendorong mereka untuk mengejar goals tersebut yang mendorong mereka untuk berolahraga di pusat kebugaran.

 

Dilihat dari segi framing, diketahui bahwa framing memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan (Ariely et al., 2006). Dalam penelitian mereka, diungkapkan pentingnya melakukan framing bahwa aktivitas fisik bukan sebagai kewajiban untuk memenuhi rekomendasi, tetapi lebih dianggap sebagai aktivitas yang menyenangkan. Berikut adalah contoh pesan yang disampaikan oleh sebuah website bernama CDC yang merekomendasikan aktivitas olahraga (https://www.cdc.gov):

“How much do you need?”

“…an exercise program based on sound scientific research”

“Regular physical activity is important for good health, and it’sespecially important if you’re trying to lose weight.”

Kerangka pesan yang disusun diatas oleh CDC belum memenuhi kriteria pesan untuk melakukan olahraga sebagai aktivitas yang menyenangkan. Hal ini dapat kita bandingkan sebuah pesan yang disampaikan oleh perusahaan perusahaan nirlaba dari pusat kebugaran:

“Can’t wait to get away? There’s still space available on these greattrips.”(REI)

“Come see what you’re really made of”(Gold’s Gym)

“You’re not in this alone”(24-Hour Fitness)

“Get Game! Have Fun”(Little League Baseball Camp).

Meskipun situs web diatas sesekali menyebutkan manfaat kesehatan dari aktivitas fisik, framing yang ditunjukkan adalah salah satu pencapaian pribadi, interaksi sosial, dan kesenangan. Behavior economics menunjukkan bahwa framing ini mengubah pemahaman kita tentang pengalaman dari tugas berat (yang harus kita lakukan), menjadi pengalaman yang bermanfaat (yang kita bayar).

 

Dilihat dari segi habit formation, aktivitas olahraga dapat ditingkatkan dengan membiasakan individu dengan melakukan berbagai aktivitas fisik sehari-hari yang juga dapat mengasah kognitif, psikomotorik, hingga afektif. Berbagai kebiasaan yang dapat dibangun adalah, membiasakan diri berolahraga setiap hari, memperbanyak aktivitas jalan kaki dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor untuk akses menuju suatu tempat dalam jarak dekat, mengurangi penggunaan lift dan escalator di suatu gedung dengan memperbanyak jalan melewati tangga, melakukan senam pagi beberapa kali dalam seminggu, melakukan aktivitas olahraga favorit di sore atau malam hari sebagai waktu untuk refreshing selama bekerja seharian, mengadakan lomba olahraga yang menyenangkan, dan lain sebagainya. Kebiasaan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dapat memicu para individu untuk membiasakan diri tidak malas bergerak atau berolahraga dengan suatu kesadaran untuk meningkatkan kualitas kesehatan.

 

Kesimpulan

Keputusan individu untuk berolahraga hingga memilih untuk pergi ke pusat kebugaran dapat dikaitkan dengan empat dari sepuluh prinsip ekonomi menurut Gregory Mankiw yang menunjukkan bagaimana individu membuat suatu keputusan, termasuk behavior economics yang juga berperan untuk mempromosikan pusta kebugaran.

 

Sumber:

Laibson, David, and John A. List. 2015. “Principles of (Behavioral) Economics.” American

Economic Review 105 (5)

Buck, Josh (1999-120-01). “The Evolution of Health Clubs”. Club Industry. ClubIndustry.

Roberts, Scott (1996). The business of personal training. 1995. Human Kinetics. hlm. 8.

Lewis, M.A., Neighbors, C., 2006. Social norms approaches using descriptive drinkingnorms

education: a review of the research on personalized normative feedback. J. Am. Coll. Health 54 (4), 213–218

Zimmerman, F. J. (2009). Using behavioral economics to promote physical activity. Preventive

Medicine, 49(4), 289–291.

Ariely, D., Loewenstein, G., Prelec, D., 2006. Tom Sawyer and the construction of value.J. Econ.

Behav. Organ. 60 (1), 1–10

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s