By : Research Division, HIMA ESP UNPAD
PENDAHULUAN
Merokok merupakan sebuah aktivitas yang sering kita jumpai di lingkungan sekitar kita, baik itu di angkutan umum, pasar, terminal, jalan raya, bahkan hingga di lembaga pendidikan seperti kampus, meskipun di berbagai tempat tersebut telah diberlakukan larangan untuk merokok dengan konsekuensi denda dalam bentuk uang yang diatur dalam undang-undang. Konsumsi rokok memiliki dampak positif jika dilihat dari kontribusi terhadap lapangan pekerjaan untuk 6,100,000 orang serta berkontribusi terhadap penerimaan bea cukai sebesar Rp 152.79 triliun pada tahun 2017. Di sisi lainnya, merokok memiliki banyak dampak negatif terhadap kesehatan pengguna rokok. Rokok merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya osteoporosis, kebutaan, impotensi, kehilangan gigi, diabetes, mengurangi kesuburan, katarak, infeksi mata, asma, penyakit jantung kardiovaskular, melemahnya fungsi paru-paru, berkurangnya pertumbuhan paru-paru, dan aterosklerosis (Egbe, Petersen, & Weitz, 2016). Terdapat berbagai tujuan yang mendorong perokok aktif untuk mengonsumsi rokok, namun yang pasti perilaku mengonsusmi rokok juga dipengaruhi oleh kemampuan untuk membeli rokok, karena setiap konsumen rokok harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli rokok. Dalam konteks mahasiswa, variabel kemampuan untuk membeli rokok terkait erat dengan variabel penerimaan uang saku yang menjadi sumber utama penerimaan mereka. WHO melaporkan bahwa harga rata-rata rokok per bungkus (20 batang rokok) paling murah di Indonesia adalah Rp 5,833 dengan merek Menara 9 dan Pelangi. Sedangkan harga rata-rata rokok per bungkus paling mahal adalah Marlboro dengan harga sebesar Rp 28,333 dengan isi 20 batang per bungkus. Merek rokok yang paling banyak terjual di Indonesia adalah Gudang Garam dengan harga rata-rata sebesar Rp 21,666. Harga rata-rata ini adlaah harga yang dijual secara retail dan biasanya memiliki tingkat harga yang berbeda-beda di tiap pedagang retail (WHO, 2017).
Pada kesempatan kali ini, kami dari Divisi Research HIMA ESP FEB UNPAD melakukan penelitian mengenai “Dampak Penerimaan Uang Saku Mahasiswa UNPAD Terhadap Perilaku Mengonsumsi Rokok Konvensional” di lingkungan mahasiswa UNPAD melalui kuisioner elektronik. Kuisioner ini diisi oleh 64 responden yaitu 61 laki-laki (95.3%) dan sisanya 3 perempuan (4.7%). Mayoritas mutlak responden berasal dari 52 orang FEB (81.3%), dan sisanya berasal dari 8 orang FIKOM (12.5%), 1 orang FISIP (1.6%), 1 orang FH (1.6%), 1 orang FMIPA (1.6%), dan 1 orang FAPERTA (1.6%) yang terdiri dari 1 orang angkatan 2015 (1.6%), 4 orang angkatan 2016 (6.3%), 30 orang angkatan 2017 (46.9%), dan 29 orang angkatan 2018 (45.3%). Penelitian ini kami lakukan untuk mengetahui apakah terdapat dampak penerimaan uang saku mahasiswa UNPAD terhadap perilaku mengonsumsi rokok konvensional secara signifikan.
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa rincian rata-rata penerimaan uang saku dalam satu bulan adalah sebanyak 6 orang menerima kurang dari Rp 1,000,000.00 (9.4%), 31 orang menerima uang saku sebesar Rp 1,000,000.00 hingga Rp 1,999,999.99 (48.4%), 19 orang menerima uang saku sebesar Rp 2,000,000.00 hingga Rp 2,999,999.99 (29.7%), dan sisanya 8 orang menerima uang saku sebesar Rp 3,000,000.00 hingga Rp 4,000,000.00 (12.5%). Di sisi lain, rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional dalam satu hari adalah sebanyak 15 orang mengeluarkan uang kurang dari Rp 10,000.00 (23.4%), mayoritas mutlak sebanyak 35 orang mengeluarkan uang sebesar Rp 10,000.00 hingga Rp 20,000.00 (54.7%), dan sisanya 14 orang mengeluarkan uang diatas Rp 20,000.00 (21.9%). Adapun jumlah batang rokok konvensional yang dikonsumsi dalam satu hari adalah sebanyak 9 orang mengonsumsi 1-3 batang (14.1%), 12 orang mengonsumsi 4-5 batang (18.8%), dan sisanya mayoritas mutlak sebanyak 43 orang mengonsumsi lebih dari 5 batang (67.2%). Sedangkan, merk rokok yang paling sering dikonsumsi adalah sebanyak 24 orang mengonsumsi gudang garam (37.5%), 15 orang mengonsumsi sampoerna (23.4%), 12 orang mengonsumsi marlboro (18.8%), 13 orang mengonsumsi lain-lain (20.3%). Motif yang ditujukkan oleh para responden dalam mengonsumsi rokok adalah mayoritas mutlak sebanyak 35 orang menjawab untuk meningkatkan utilitas (54,7%), 18 orang menjawab untuk menghilangkan rasa lelah (28.1%), 24 orang menjawab untuk menimbulkan rasa lega, dan sisanya sebanyak 10 orang (15.7%) menjawab untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Berdasarkan data primer yang sudah diperoleh melalui kuisioner elektronik, yaitu rata-rata penerimaan uang saku dalam satu bulan beserta rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional dari seluruh respoden, maka dapat dilakukan penelitian dengan melakukan analisis regresi sederhana yang diolah melalui SPSS IBM versi 23.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari penyebaran kuisioner elektronik dengan ruang lingkup mahasiswa aktif UNPAD yang diolah melalui SPSS IBM versi 23. Model yang digunakan untuk dalam penelitian ini berupa persamaan regresi sederhana dengan bentuk:
Y = a + bX
Dimana:
Y : merupakan variabel dependen yang menunjukkan rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional
a : merupakan intersep atau konstanta yang menunjukkan rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional tanpa dipengaruhi variabel apapun
b : merupakan slope atau koefisien regresi yang menunjukkan besarnya pengaruh X1 terhadap Y
X : merupakan variabel independen yang menunjukkan rata-rata penerimaan jumlah uang saku
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah hasil pengolahan data primer rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional dan rata-rata penerimaan jumlah uang saku di UNPAD dengan menggunakan SPSS IBM versi 23:
Tabel 1a. Statistik Deskriptif
Variabel | Mean | Std. Deviation | N |
Rata-Rata Pengeluaran Untuk Konsumsi Rokok Konvensional | 16421.88 | 13851.027 | 64 |
Rata-Rata Penerimaan Jumlah Uang Saku | 1725781.25 | 831044.103 | 64 |
Tabel 1b. Korelasi
Rata-rata Pengeluaran Untuk Konsumsi Rokok Konvensional | ||
Pearson Correlation | Rata-rata Pengeluaran Untuk Konsumsi Rokok Konvensional | 1.000 |
Rata-rata Penerimaan Jumlah Uang Saku | .112 | |
Sig. (1-tailed) | Rata-rata Pengeluaran Untuk Konsumsi Rokok Konvensional | . |
Rata-rata Penerimaan Jumlah Uang Saku | .189 |
Tabel 1c. Ringkasan Model
Model | R | R square | Adjusted R square | Std. Error of the Estimate |
1 | .112a | .013 | -.003 | 13874.686 |
- Predictors: (Constant), JumlahKoperasi
Tabel 1d. ANOVAa
Model | Sum of Squares | df | |
1 | Regression | 151180177.300 | 1 |
Residual | 11935429200.000 | 62 | |
Total | 12086609380.000 | 63 | |
Mean Square | F | Sig. | |
151180177.300 | .785 | .379b | |
192506922.500 |
a. Dependent Variable: GDP |
b. Predictors: (Constant), JumlahKoperasi |
Tabel 1e. Coefficientsa
Unstandardized Coefficients | ||||||||
Model | B | Std. Error | ||||||
1 | (Constant) | 13204.966 | 4023.096 | |||||
Rata Rata Penerimaan Jumlah Uang Saku | .002 | .002 | ||||||
Correlations | ||||||||
Standardized Coefficients Beta | t | Sig. | Zero Order | Partial | ||||
3.282 | .002 | |||||||
.112 | .886 | .379 | .112 | .112 | ||||
- Dependent Variable: GDP
Dari tabel 1a, kita dapat mengetahui bahwa rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional sebesar Rp 16,421.88 dan rata-rata penerimaan jumlah uang saku sebesar Rp 1,725,781.25 dengan simpangan baku masing-masing Rp 13,851.027 dan Rp 831,044.103.
Dari tabel 1e, kita dapat memperoleh persamaan regresi pada penelitian ini yaitu:
Y = 13.204,966 + 0,002 X
Dari hasil regresi diatas didapatkan interpretasi yaitu konstanta a sebesar 13,204.966 menunjukkan bahwa tanpa dipengaruhi oleh variable apapun, rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional adalah sebesar Rp 13,204.966. Nilai b sebesar 0.002 pada X menunjukkan bahwa setiap kenaikan uang saku sebesar Rp 1,000,000.00, maka rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional akan naik sebesar Rp Rp 2,000.00 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus).
Dari tabel 1c, kita dapat memperoleh nilai dari koefisien korelasi (R) sebesar 0.112 yang menunjukkan hubungan antara variabel pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional dan variabel penerimaan uang saku adalah searah, positif dan sifatnya sangat tidak erat yaitu sebesar 11.20%. Di sisi lain, nilai dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0.013 yang menunjukkan bahwa variabel penerimaan uang saku mampu menjelaskan variasi dari pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional sebesar 1.13% dan sisanya sebesar 98.87% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Adapun nilai dari standar error (SE) sebesar 13,874.686 yang menunjukkan rata-rata penyimpangan variabel pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional yang diprediksi dengan yang sesungguhnya adalah sebesar Rp 13,874.686.
Dari tabel 1b, kita dapat memperoleh nilai dari koefisien korelasi parsial (ry1.2) sebesar 0.112 yang menunjukkan hubungan antara variabel jumlah koperasi secara parsial terhadap PDB adalah searah dan sifatnya sangat tidak erat dengan nilai sebesar 11.20% dengan menganggap variabel lain konstan (ceteris paribus).
Dari tabel 1d, kita dapat melakukan uji parsial pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional terhadap uang saku sebagai berikut:
Sig. ≥ α (H0 tidak dapat ditolak)
Sig. < α (H0 ditolak)
Sig. = 0.379 dan α = 0.05
Kriteria:
H0: Variabel penerimaan uang saku secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional.
H1: Variabel penerimaan uang saku secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional.
Ternyata sig. ≥ α yaitu 0.379 ≥ 0.05 (H0 tidak dapat ditolak, H1 ditolak)
Dengan demikian, pada tingkat signifikansi 5%, variabel penerimaan uang saku secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat penerimaan uang saku mahasiswa UNPAD sebenarnya berpengaruh pada pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional secara searah, positif, dan sifatnya sangat tidak erat tetapi tidak signifikan. Hal ini, dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi, determinasi, serta melalui uji parsial terhadap kedua variabel tersebut. Dengan demikian, tingkat pengeluaran untuk konsumsi rokok konvensional mahasiswa UNPAD secara signifikan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain diluar penerimaan uang saku, seperti harga rokok konvensional itu sendiri, harga rokok elektronik sebagai barang substitusi, faktor lingkungan, psikologis, sosial, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.viva.co.id/berita/bisnis /988881-cukai-rokok-akhir-2017-selamatkan-penerimaan-negara
Egbe, C. O., Petersen, I., & Weitz, A. M. (2016). Knowledge of the Negative Effects of Cigarette Smoking on Health and Well-Being among Southern Nigerian Youth. International Journal of Social Science and Humanity, Vol.6, No.3.
WHO. (2017). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, Country Profile: Indonesia