Oleh : Research Division
Mengapa kita sering melihat toko Indomaret berada tidak jauh dari toko alfamart? Mengapa kita bisa berjalan jauh tanpa menemukan satu pun restoran fast food tapi ketika kita menemukannya, restoran tersebut berada tidak jauh dari restoran fast food kompetitornya? Pernakah kita menemukan pedagang kaki lima berdekatan dengan pedagang kaki lima yang lain dan menjual barang yang identik? Bahkan, mungkin diantara kita ada yang berpikir mengapa tempat-tempat usaha yang berdekatan dengan kompetitornya tersebut dipisah lalu disebar merata di berbagai daerah.
Walau banyak alasan mengapa kompetitor membangun tempat usahanya berdekatan dengan kompetitornya, ada teori ekonomi yang menjelaskan fenomena tersebut. Teori ini disebut “Hotelling’s Model of Spatial Competition”.
Andaikan Agus seorang pedagang kaki lima yang menjual jus buah di lapangan yang memiliki lebar 1000 m. Agar jus buah Agus dapat dibeli dengan jumlah konsumen paling maksimal, Agus perlu membuka dagangannya di tepat di tengah lapangan tersebut dengan tujuan konsumen yang berada di ujung kanan dan ujung kiri lapangan tidak perlu berjalan lebih dari 500 m untuk membeli jus buah. Agus dapat memposisikan tempat dagangnya di tengah lapangan karena Agus merupakan penjual tunggal di lapangan tersebut. Suatu hari datanglah Bayu dengan menjual jus buah yang sama percis seperti yang Agus jual. Agus dan Bayu sepakat untuk membagi secara rata konsumen di lapangan tersebut. Agus menempatkan dagangannya di 250 dari ujung kanan dan Bayu menempatkan dagangannya 250 m dari ujung kiri. Hal ini menciptakan apa yang disebut dengan “S.O.S”, yaitu Social Optimal solution karena seluruh konsumen di lapangan tanpa terkecuali hanya perlu berjalan 250 m untuk membeli es buah. Keadaan ini tidak berlangsung lama karena Agus dan Bayu dapat merubah posisi dagangannya untuk mendapatkan konsumen lebih banyak daripada posisi yang telah disepakati. Oleh karena itu, Bayu memutuskan untuk memposisikan dagangannya percis di sebelah kiri Agus agar Bayu dapat mendapatkan seluruh konsumen yang berada di 750 m dari ujung kiri dan hanya menyisakan Agus konsumen yang berada di 250 m dari ujung kanan. Agus mencoba membalikan keadaan dengan cara mengganti posisi dagangannya di sebelah kiri Bayu dengan maksud mendapatkan seluruh konsumen sampai ujung kiri. Bayu merasa tidak terima dengan keadaan ini akhirnya merubah posisi dagangannya menjadi di sebelah kiri Agus. Agus dan Bayu terus-menerus merubah posisi dagangannya sampai Agus dan Bayu memposisikan dagangannya bersebelahan dan berada di tengah-tengah lapangan dimana Agus mendapatkan konsumen yang berada di 500 dari ujung kanan dan Bayu mendapatkan konsumen yang berada di 500 m dari kiri. Keadaan ini apa yang Game Theory sebut dengan “Nash Equilibrium”, keadaan dimana pemain tidak dapat merubah strategi tanpa menjadikan dirinya worse-off. Namun, “S.O.S” tidak dapat dipertahankan karena pada keaadan “Nash Equilibrium” beberapa konsumen harus berjalan lebih jauh dari 250 m untuk membeli es buah Agus atau Bayu. Kesepakan awal antara Agus dan Bayu (Agus memposisikan dagangannya 250 m dari ujung kanan dan Bayu memposisikan dagangannya 250 m dari kiri) tidak bertahan karena masing-masing dapat merubah posisi dagangannya untuk mendapatkan konsumen yang lebih banyak.
Cerita diatas menggunakan asumsi barang yang dijual adalah identik. Pada kenyataannya, strategi yang dipakai firma bermacam-macam untuk memenangkan hati konsumen. Mungkin ada firma yang menghasilkan barang terdiferrensiasi dari kompetitornya atau mungkin firma dapat menjual produk dengan harga yang lebih murah daripada kompetitornya, tapi sesuai dengan teori diatas, firma lebih suka membuka tempat usahanya dekat dengan tempat usaha kompetitornya untuk mengurangi adanya kompetisi yang agresif.
Sumber:
https://www.tutor2u.net/_legacy/blog/images//uploads/Game_Theory_Intro_and_questions_2009.pdf
https://blogs.cornell.edu/info2040/2014/09/17/hotellings-model-of-spatial-competition/
#ECONGLIMPSES
#RESEARCHDIVISION
#HIMAESPFEBUNPAD