ECONOMIC ANALYSIS #4:Save the food, Save the Planet: Study of Food Wasting Behavior

Save the food, Save the Planet: Study of Food Wasting Behavior

Oleh: Mochamad Thoriq Akbar e!16

Throwing away food is like stealing from table of those who are poor and hungry

-Pope Francis

Saat ini, kelaparan masih merupakan masalah yang sulit untuk diatasi, terutama di kalangan negara berkembang. Bagaimana tidak, berdasarkan data dari Food and Agricultural Organization (FAO), terdapat 815 juta orang dunia yang kelaparan. Terlebih lagi data dari United Nation (UN) yang menyatakan bahwa pada tahun 2016 diperkirakan terdapat 155 juta anak dengan umur di bawah lima tahun di dunia yang mengalami perlambatan pertumbuhan (stunting) yang diakibatkan oleh malnutrisi akibat sulit mengakses makanan. Apakah ini disebabkan oleh kurangnya pasokan makanan? Nyatanya tidak begitu.

Berdasarkan data statistik yang terkonfirmasi oleh FAO, bahwa kita (dunia) telah memproduksi makanan yang lebih dari cukup untuk memberi makan 7 miliar orang (populasi dunia sekarang), bahkan estimasi 9-10 miliar populasi di tahun 2050. Salah satu faktor yang menyebabkan masih banyaknya orang yang kelaparan walaupun dunia memproduksi persediaan makanan yang lebih dari cukup adalah karena banyaknya makanan yang terbuang, atau yang biasa kita sebut sebagai food waste.

Ketika berada di sebuah restoran, pernahkah anda melihat orang yang tidak menghabiskan makanannya? Atau ketika anda tidak sengaja membeli terlalu banyak bahan makanan dan lupa mengecek tanggal kadaluwarsanya lalu akhirnya dibuang begitu saja. Itu merupakan contoh dai kebiasaan food wasting yang mungkin terlihat tidak berdampak apa-apa. Padahal, 1/3 dari makanan yang diproduksi di dunia atau sekitar 1.3 miliar ton makanan terbuang sia-sia tiap tahunnya (FAO, 2017). Di Indonesia sendiri, menurut laporan dari Economist Intelligence Unit (EIU) menghasilkan 300 kg per kapita sampah makanan tiap tahunnya. Terlebih lagi, Indonesia merupakan negara dengan penyumbang sampah makanan terbanyak ke-2 setelah Arab Saudi.

Walaupun terlihat seperti hal “sepele”, biaya yang dihasilkan dari food wasting sangatlah besar. Pada tingkat global, biaya kerugian yang ditimbulkan dari makanan yang terbuang diperkirakan hingga  680 miliar USD pada negara-negara yang telah terindustrialisasi dan 310 miliar USD di negara-negara berkembang, atau bisa dikatakan nilai kerugian yang diakibatkan oleh food wasting kurang lebih mencapai 1 triliun USD. Tentu saja itu merupakan angka yang sangat besar. Tidak hanya sampai disitu, perilaku food wasting juga berdampak negatif terhadap lingkungan.

FAO menyatakan bahwa jika sampah makanan merupakan sebuah negara, maka sampah makanan merupakan penyebar emisi karbon terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan Amerika Serikat. Dalam laporan yang berjudul Food Wastage Footprint & Climate Change, terpaparkan jelas bahwa dengan metodologi dari laporan FAO pada full-cost accounting dan mengestimasi biaya sosial dari emisi zat berbahaya yang dikeluarkan oleh sampah makanan, bahwa biaya yang disebabkan oleh gas rumah kaca yang diemisi sebesar 411 miliar USD.

Akhirnya kita sampai pada pertanyaan, mengapa banyak orang sering membuang sampah makanan (food wasting)? Berdasarkan studi yang pernah dilakukan Exodus Market Researh pada tahun 2007, mereka mengklasfikasi sampah makanan menjadi tiga jenis yakni avoidable, possibly avoidable, dan unavoidable. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 96% dari avoidable food waste atau sampah makanan yang bisa dihindari terjadi diakibatkan oleh memasak makanan yang terlalu banyak dan lupa tanggal kadaluwarsa. Mayoritas dari pelaku food wasting         adalah mereka yang tidak sadar akan dampak dan biaya yang disebabkan oleh sampah makanan. Dan orang-orang yang lebih menyadari mengenai dampak lingkungan dari sampah makanan melakukan lebih sedikit food wasting (Hamilton, Denniss, & Baker, 2005; Lyndhurst & Brook,2007)

Lalu, mengingat pentingnya untuk mengurangi sampah makanan akibat biaya yang ditimbulkan (baik lingkungan atau ekonomi) maka dirasa perlu untuk mencari solusi dari masalah ini. Berdasarkan studi yang dilakukan di Singapura pada tahun 2015,  meningkatkan kesadaran mengenai dampak dari sampah makanan membuat orang membuang lebih sedikit sampah makanan. Menurut survei yang dilakukan, 91% dari responden merasa bersalah ketika mengetahui dampak dari sampah makanan yang terbuang dan akan meminimalisir sampah makanannya. Walaupun, terdapat paradoks dimana kebanyakan dari orang tidak suka dianggap sebagai “wasteful” dan mungkin saja bisa membuat hasil survei kurang signifikan.

Dilihat dari efek yang sangat negatif dari banyaknya sampah makanan yang terbuang baik economic cost ataupun environment cost, tindakan food wasting bisa saja “merusak” planet kita. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan-pendekatan atau terobosan untuk mengatasi masalah ini, yang salah satunya adalah dengan meningkatkan kesadaran dari masyarakat mengenai dampak negatif food wasting.

References:

http://www.fao.org/state-of-food-security-nutrition/en/

http://foodsustainability.eiu.com/whitepaper/

http://www.onegreenplanet.org/animalsandnature/10-ways-fast-food-is-destroying-the-world/

Balakrishna Grandhia & Jyothsna Appaiah Singha, What a Waste! A Study of Food Wastage Behavior in Singapore. 2015

FAO, 2013. Food Wastage Footprint: Impacts on Natural Resources, Summary Report.

Mandyck, John. The $1 Trillion Mountain: The Actual Cost Of Food Waste. Huffington Post. 2016

Hoffman, Beth. The Shocking Cost of Food Waste. Forbes. 2014

#ECOANALYSIS
#RESEARCHDIVISION
#HIMAESPFEBUNPAD
#60YearsofFEBUnpad
#LeadingandInspiring

 

 

IMG_4247IMG_4248IMG_4249IMG_4250IMG_4259IMG_4258

 

 

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s