Capital Outflow: Pertanda Krisis Ekonomi?

Belakangan ini, isu mengenai ekonomi gelap pada tahun 2023 kian memanas. Bahkan narasumber yang mengkonfirmasi hal ini bukanlah orang sembarangan, Presiden RI, Menteri Keuangan, hingga ekonom-ekonom sudah sangat yakin mengatakan bahwa 2023 dunia akan mengalami krisis. 

Hal tersebut bukanlah guyonan semata, banyak indikasi hingga tanda yang bisa kita lihat jelas mengarah kepada hal tersebut. Mulai dari resesi global, perang Rusia-Ukraina yang tidak ada kejelasan kapan berakhir menjadi indikator penting dari krisis ekonomi yang diprediksi tokoh-tokoh hebat Indonesia. Akan tetapi, apakah kondisi makroekonomi yang buruk akan berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia?

David Sumual (2022), Kepala Ekonom Bank BCA mengatakan bahwa kita sebagai masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir terhadap isu-isu krisis yang ada karena segala bentuk indikasi buruk global tidak akan berdampak signifikan terhadap Indonesia. David juga menambahkan jika kemungkinan krisis global 2023 sangat mungkin terjadi, namun dampak perekonomian yang akan didapat oleh Indonesia tidak akan seburuk itu. Ia memproyeksikan bahwa ekonomi indonesia masih bisa bertumbuh dan kemungkinan terburuknya hanya melambatnya pertumbuhan ekonomi. 

Hal yang dikatakan David bukanlah tanpa alasan. Alasan mengapa kita bisa optimis kepada perekonomian karena belum terjadi capital outflow secara besar seperti yang terjadi di krisis sebelumnya. Pengertian Capital Outflow berdasarkan Paul R. Krugman dan Maurice obstfeld  adalah proses keluarnya dana atau modal dari dalam negeri ke luar negeri baik secara langsung (direct investment) maupun secara tidak langsung (indirect investment). Capital Outflow dalam jangka pendek biasa disebut juga dengan capital flight atau pelarian modal.

Capital Outflow di Indonesia adalah suatu hal yang lumrah terjadi dan bukan suatu hal yang harus dibesar-besarkan. Akan tetapi, capital outflow akan menjadi bahaya jika terjadi secara konsisten yang berarti sudah ada suatu kondisi dimana para pemilik modal sudah tidak optimis untuk menaruh modalnya di negara tertentu. 

Pekembangan Arus Modal di Indonesia

  • Krisis 1998

Tambunan, Kristopel F. dan Syarief Fauzie (2014:297) menjelaskan bahwa berkembangnya arus modal asing (capital inflow) di Indonesia mulai tercatat dan maju sangat pesat sejak tahun 1990-an. Peristiwa ini terjadi karena kondisi Indonesia yang keliatan cukup menjanjikan. Selain itu, pada 1990-an pemerintah tidak menerapkan kebijakan mengenai investasi asing yang menyulitkan sehingga aliran modal yang masuk menjadi bebas dan cukup besar.

Aliran modal asing yang masuk besar-besaran (capital inflow) menyebabkan surplus capital account Indonesia meningkat dari US$ 6 miliar pertahun menjadi US$ 11 miliar per tahun. Capital account yang surplus  menggambarkan pertanda yang baik bagi perekonomian Indonesia. Akan tetapi, capital inflow yang besar juga menggambarkan hutang jangka pendek dan panjang yang besar pula.

Krisis ekonomi yang terjadi di asia dan berdampak pada Indonesia pada 1998 menyebabkan penarikan modal (capital outflow) secara serentak dan besar-besaran dari Indonesia. Hal ini terlihat jelas dengan arus modal masuk (capital inflow) yang sebelumnya tercatat sudah sebesar US$ 11,5 miliar pada 1996 mulai konsisten keluar hingga US$ 13,8 miliar pada 1998. Kondisi tersebut menyebabkan capital account Indonesia berubah menjadi defisit hingga US$ 13,8 miliar.

  • Krisis 2008

Sama halnya dengan krisis global 2008 yang berdampak pada perekonomian di Indonesia. Krisis yang bermula terjadi di Amerika Serikat, akibat macetnya pembayaran kredit subprime mortgage, membuat banyak perusahaan besar di Amerika Serikat mengalami kebangkrutan seperti, Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northsern Rock,UBS, Mitsubishi UFJ. Bangkrutnya perusahaan besar Amerika Serikat menimbulkan kepanikan di kalangan investor dan penarikan dana secara besar dilakukan  yang berakibat pada indeks harga saham Amerika Serikat menurun drastis dan berdampak pada penurunan indeks harga saham di bursa global termasuk Indonesia.

Penarikan dana yang terjadi dari indonesia juga membuat melemahnya nilai rupiah menjadi 10.900/ USD. Hal demikian terus berlanjut hinggga 2013 dikarenakan rencana tappering off quantitative easing yang membuat para investor menarik dananya dari capital market. Maka dari itu, sejak Juni 2013, investasi asing banyak keluar dari Indonesia. (Tambunan, Kristopel F. dan Syarief Fauzie, 2014: 298)

  • Krisis 2020

Kondisi yang serupa pernah terjadi di Indonesia tepat sebelum terjadinya krisis. Lebih tepatnya pada Q1 2019 hingga Q1 2020, di mana kita semua tahu bahwa di tahun 2020 terdapat pandemik covid-19 yang efeknya berdampak hingga krisis ekonomi pada tahun yang sama. Menteri Keuangan, Sri Mulyani (2020) menjelasan bahwa lonjakan capital outflow yang disebabkan Covid-19 pada Maret 2020 mencapai Rp 145,28 triliun yang mana itu lebih dari dua kali lipat yang terjadi pada krisis global 2008 yang hanya mencapai Rp 69,9 triliun, sedangkan pada saat taper tantrum 2013, capital outflow mencapai Rp 36 triliun.

Sumber: NeoBDM Technology

Dari data di atas, terlihat bahwa tren dana asing sejak Maret 2019 sudah mengalami penurunan yang signifikan. Hingga Februari 2020, dana asing konsisten keluar dari bursa efek Indonesia dan puncaknya terjadi pada Maret 2020 di mana terjadi capital outflow mencapai Rp 145,28 triliun.

Outlook Indonesia 2023

Berdasarkan informasi yang saya sajikan di atas, bisa dibilang bahwa capital outflow sangat berdampak pada kondisi perekonomian suatu negara. Namun bagaimana dengan Indonesia saat ini? 

Sumber: NeoBDM Technology

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa sejak Mei 2021, investor asing konsisten memasukan dananya ke bursa saham Indonesia. Berbeda halnya dengan yang terjadi saat 2019-2020. Keoptimisan yang terjadi seakan tidak ada indikasi bahwa Indonesia akan ikut mengalami krisis global seperti negara-negara lainnya. Kemungkinan terburuk yang menimpa Indonesia hanya terjadi pelambatan ekonomi.

Kesimpulan

Capital Outflow menjadi salah satu indikasi suatu perekonomian negara. Capital Outflow/Inflow dapat dijadikan leading indicator suatu negara apakah akan bertahan dari krisis atau tidak. Berdasarkan data foreign flow Indonesia sejak 2021, tidak ada indikasi capital outflow yang besar bahkan investor cenderung masuk hingga hari ini. Oleh karena itu, Indonesia masih optimis bertahan dari krisis global 2023.

References:

Ekonomi Gelap di 2023, Ekonom: Masyarakat Jangan Khawatir! (13 Oktober 2022). kumparan.com https://kumparan.com/kumparanbisnis/ekonomi-gelap-di-2023-ekonom-masyarakat-jangan-khawatir-1z2hgCY8YF1/full

Capital Outflow Saat Covid-19 Dua Kali Lebih dari Krisis 2008 dan Taper Tantrum. (11 Mei 2020). investor.id. 

https://investor.id/business/211484/capital-outflow-saat-covid19-dua-kali-lebih-dari-krisis-2008-dan-taper-tantrum

Tambunan, Kristopel F. dan Syarief Fauzie, 2014. PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN CAPITAL OUTFLOW DI INDONESIA TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH

Anoraga, Pandji, 1995. Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal asing, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia,2008. Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas serta Hubungan Dinamis antara Aliran Modal Asing, Perubahan Nilai Tukar dan Pergerakan IHSG di Pasar Modal Indonesia

Baillie, Richard dan Patrick McMahon, (1998) The foreign exchange market: Theory and econometric evidence, Cambrige:cambridge University perss. 

Murdayanti, Yunika, 2012. Pengaruh Gross Domestic Product, Inflasi, Suku Bunga, Money Supply, Current Account dan Capital Account terhadap Nilai Tukar Rupiah. Jurnal ekonomi, vol 10, no 1

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s