by Research Division Hima ESP FEB Unpad
Menurut Ritter dan Schanz (2019), subscription economy mengacu pada praktik pembebanan biaya kepada konsumen untuk akses konten menjadi tersedia/tidak terkunci. Istilah subscription economy diperkenalkan pertama kali oleh sebuah perusahaan software yang menawarkan jasa untuk bisnis yang ingin meluncurkan layanan dengan berlangganan pada mereka, bernama Zuora. Subscription economy menunjukkan model bisnis baru di mana perusahaan mengganti model bisnis mereka dari tradisional menuju model bisnis dengan basis langganan. Subscription business model adalah model bisnis di mana konsumen harus membayar tagihan secara terus menerus untuk sebuah produk dalam satu jangka waktu tertentu. Subscription menjadi terobosan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan konsumen karena layanan ini ditujukan untuk customer yang sanggup membayar barang atau jasa berbasis sewa, namun tidak ingin berinvestasi dengan membelinya untuk memilikinya.
Peran internet dan teknologi digital memberikan kesempatan model bisnis ini untuk kembali hadir. Contoh layanan subscription terdiri dari berbagai kategori, pada penyimpanan seperti Google Drive, iCloud, dan OneDrive; untuk menunjang produktivitas seperti Adobe Cloud, Microsoft 365, Canva Pro, dan Grammarly; untuk hiburan antara lain Netflix, Spotify, Disney+, HBO, Gramedia Digital, dan Youtube Premium; dan pendidikan yang meliputi Chegg, Course Hero, Ruang Guru, dan Pada dasarnya, model bisnis langganan ini telah hadir pada abad ke-17. Pada tahun 1980-2000an, banyak orang yang telah melakukan langganan koran atau majalah. Mereka membayar layanan langganan tersebut secara mingguan maupun bulanan dan koran serta majalah akan diberikan langsung kepada konsumen. Contoh lainnya adalah layanan langganan tv kabel untuk mengakses berbagai channel baik dalam maupun luar negeri.
Terjadi perubahan model bisnis dari traditional business model — di mana produsen membuat sebuah produk kemudian transaksi akan selesai setelah konsumen membeli — menuju subscription business model, dimana produsen membuat sistem agar konsumen membayar secara berulang-ulang untuk mendapatkan akses maupun nilai dari produk yang ditawarkan. Penelitian The Economist menemukan bahwa lebih dari setengah (51%) dari perusahaan yang disurvei di Amerika Serikat, Australia, dan Inggris telah mengganti model bisnis mereka dan cara mendistribusikan produknya ke konsumen. Berdasarkan data Zuora, subscription economy telah berkembang sebesar 6x lebih besar (435%) sepanjang 9 tahun ini. Terdapat banyak brand yang mengubah model bisnisnya menjadi layanan langganan, beberapa alasannya, antara lain:
- Pendapatan yang lebih dapat diprediksi
Dengan model langganan, konsumen diharuskan untuk membayar di muka atas produk atau jasa yang akan mereka nikmati nantinya. Sedangkan, pada cara tradisional, belum jelas berapa pendapatan yang akan didapat hingga konsumen benar-benar membelinya.
- Lebih mudah Scale up
Scale up bisnis artinya membuat suatu perusahaan kecil menjadi lebih besar dengan sistem yang lebih mapan dan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih banyak. Scaling up revenue bisa didapatkan dengan menambah biaya dari akses layanan dari produk langganan yang ditawarkan. Contohnya langganan Adobe Cloud Photography yang berisi Adobe Photoshop dan Lightroom selama satu bulan seharga Rp150.000, cara scaling up dengan menambah akses produk berisi Photoshop, Lightroom, Adobe Illustrator, Adobe Premier, dsb dengan harga Rp400.000/bulan. Sedangkan, dalam bisnis model tradisional untuk meningkatkan bisnis harus menambah output yang diproduksi.
- Adanya hubungan yang kuat dengan konsumen
Bisnis model tradisional memiliki hubungan yang kurang kuat dengan konsumen karena transaksi akan selesai setelah konsumen membayar. Dalam bisnis model subscription, produsen bisa mendapatkan feedback dan jejak produk apa yang konsumen sukai, sehingga produsen dapat menyesuaikan apa yang diinginkan konsumen ke depannya.
- Meningkatkan brand loyalty
Tawaran konten yang sesuai dengan kesukaan konsumen dapat meningkatkan loyalitas konsumen pada sebuah brand dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan perusahaan.
Model bisnis langganan dapat menjadi pilihan dalam berwirausaha. Namun, perlu diperhatikan apakah sistem tersebut dapat memberikan value lebih kepada konsumen atau tidak. Layanan subscription tidak memberikan apa yang selama ini didapatkan oleh konsumen dalam model bisnis tradisional, yaitu rasa kepemilikan atau ownership terhadap produknya. Murahnya biaya langganan dengan akses produk sepuasnya membuat konsumen sangat terbantu, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak, dapat menjadi sumber bocornya keuangan pribadi. Beberapa tips menggunakan layanan langganan dengan efisien, yaitu:
- Catat semua subscription dan sesuaikan dengan budget
- Bedakan mana subscription produktif dan konsumtif
- Buat batasan budget
- Matikan subscription yang tidak dipakai
Subscription pun menjadi suatu terobosan dalam memberikan layanan yang dibutuhkan konsumen. Layanan yang lebih mudah dan murah dapat menjadi boomerang jika konsumen tidak dapat mengelola keuangan untuk subscription dengan bijak.
Referensi
Campbell, P. (2020). Why Subscription Economy Growth Is About People, Not Products. Retrieved November 1, 2021, from https://www.profitwell.com/recur/all
Lynn, L. H., & Reserve, C. W. (2020). Global Transition to the Subscription Economy: Literature Review on Business Model Changes in the Media Landscape. Maja Meško, 18(4).
Ritter, M., and H. Schanz. 2019. The Sharing Economy: A Comprehensive Business Model Framework. Journal of Cleaner Production 213:320–31.
Subsdaily. (2020). Subscription Economy: Beralih Ke Subscription Business Model. Retrieved November 1, 2021, from https://subsdaily.com
Suryakala, B. (2019). Towards A Subscription Economy: Digital Transformation Journey of a Traditional Product-Based Company. Retrieved November 1, 2021, from http://www.duo.uio.no
XForce Management. (2021). The Subscription Economy: What It Is and How It’s Changing The Way People Buy. Retrieved November 1, 2021, from XForce Management: https://www.forcemanagement.com/blog