By : Economic Journal Division HIMA ESP FEB UNPAD
Dengan pandemik virus COVID-19 yang belum kunjung reda, kegiatan masyarakat pun terus terganggu. Banyak negara menerapkan sistem “Lockdown” dan motto “stay-at-home” ditekankan, pertumbuhan ekonomi secara global pun terhambat, termasuk Indonesia.
Selama tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar di angka 5%. Dan di kuartal III tahun kemarin, Indonesia tepatnya duduk di angka 5,02%. Namun, belum sampai 3 bulan memasuki tahun baru, Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI, sudah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan surut dalam kisaran 4,5% – 4,9%.
Kekhawatiran pun diutarakan oleh banyak ekonom lainnya. Ekonom dari Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan bahwa Indonesia sangat rentan untuk mengalami krisis ekonomi. Mengambil contoh krisis 2008, Indonesia sempat mengalami perlambatan hingga 1,6%. Dan ia beranggapan bahwa kondisi saat ini jauh lebih beresiko dari krisis 12 tahun yang lalu.
Ada beberapa pihak yang beranggapan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan juga mengenai ancaman ini. Seorang ekonom CORE (Center of Reform on Economics) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, mengingatkan bahwa perang dagang yang beberapa bulan lalu menjadi sumber kekhawatiran, tetap harus diperhatikan. Ia menganggap bahwa meskipun Corona tidak ada, ketidakpastian ekonomi global pun akan tetap tinggi.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4203763/ekonom-khawatir-indonesia-alami-krisis-ekonomi-berkepanjangan-akibat-corona
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4930104/corona-bukan-sebab-utama-ekonomi-ri-melambat
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/money/read/2019/11/05/133344026/pertumbuhan-ekonomi-502-persen-di-kuartal-iii-2019-ini-penyebabnya
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4205307/pandemi-corona-sri-mulyani-ramal-ekonomi-indonesia-cuma-tumbuh-48-persen