REDENOMINASI RUPIAH 2014
oleh : Dian Putra Pratama
ESP 2011
Apasih redenominasi rupiah?
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki perekonomian yang cukup stabil ditengah-tengah perekonomian dunia yang sedang bergejolak. Jakarta (ANTARA News) – Bank Indonesia mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi dalam negeri tahun ini sebesar 6,3 persen, akan menjadi pertumbuhan tertinggi kedua di dunia setelah China mencapai 7,8 persen.
Ditengah kesetabilan ini, Bank Indonesia memutuskan untuk melakukan redenominasi rupiah. Dengan alasan untuk efisiensi penulisan, estetika, dan sebagainya, BI akan melakukan redenominasi mulai 2014 hingga 2018, empat tahun tersebut merupakan masa transisi. Sehingga direncanakan pada 2019, Indonesia telah menggunakan mata uang baru dengan jumlah angka ‘0’ yang lebih sedikit tanpa mengurangi nilainya. Lalu apa itu redenominasi rupiah?
Menurut Wikipedia,
Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter yang sama perlahan-lahan memiliki daya beli yang semakin melemah. Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus dituliskan dengan jumlah yang lebih besar.
Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat memengaruhi transaksi harian karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran uang yang harus dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani perhitungan angka dalam jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat memperkecil masalah ini dengan redenominasi: satuan yang baru menggantikan satuan yang lama dengan sejumlah angka tertentu dari satuan yang lama dikonversi menjadi 1 satuan yang baru. Jadi, prosedur ini dapat disebut sebagai “penghilangan nol”.
Redenominasi tidak mempengaruhi GDP karena redenominasi tidak mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat. Sebab redenominasi tidak merubah harga-harga relative dalam perekonomian.
Kita mengenal permintaan dan penawaran agregat dalam perekonomian, lalu apakah redenominasi memiliki pengaruh terhadap keduanya?
Permintaan agregat terdiri dari penjumlahan konsums(consumer spending), investasi, pengeluaran pemerintah dan net expor. Pengeluaran pemerintah dipengaruhi oleh perilaku politik, investasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, yang sangat kecil kemungkinannya dipengaruhi oleh hal lain. Konsumsi konsumen tidak akan berubah, karena mereka tidak akan merasa lebih kaya setelah redenominasi ini. Lalu net ekspor juga tidak akan berubah selama kekuatan nilai tukarnya tidak berubah. Dengan harga relative di dalam dengan di luar negeri tidak berubah, sehingga import maupun ekspor tidak berubah.
Dalam penawaran agregat, capital dan labor menjadi objeknya. Ketika redenominasi terjadi, upah untuk membayar buruh tidak menjadi lebih murah karena harga jual produk juga berubah sesuai dengan rasio awalnya. Sehingga capital maupun labor intensive tidak akan meningkatkan pendapatan.
Dalam rupiah, Rp 100 yang merupakan satuan terkecil akan menjadi 1 sen, Rp 1000 mejadi Rp 1 , Rp 10.000 menjadi Rp 10, dan seterusnya dengan menghilangkan tiga angka 0 dibelakangnya.
Salah satu negara yang sukses melakukan redenominasi mata uangnya adalah Turki. Turki tercatat pernah sukses melakukan redenominasi dengan menghilangkan 6 angka nol pada mata uangnya. Jadi redenominasi yang dilakukan Turki adalah mengubah 1.000.000 lira menjadi 1 lira pada tahun 2005.
Namun redenominasi yang dilakukan Turki ini berbeda dengan yang akan dilakukan Indonesia. Seperti dikutip dari situs bank sentral Turki, kebijakan redenominasi ini dilakukan untuk menekan laju inflasi Turki yang sangat tinggi sejak tahun 1970-an. Inflasi yang tinggi ini menyebabkan nilai ekonomi di negara belahan Eropa tersebut mencapai hitungan triliun, bahkan kuadriliun.
Turkey
Year # 2007
1 U.S. dollar = 1,260,000 (old) lira
Highest denomination
20,000,000 lira
removed 6 zero’s from currency
Romania
Year # 2006
1 U.S. dollar = 28,000 (old) lei
Highest denomination
1,000,000 lei
removed 4 zero’s from currency
Iraq
1 U.S. dollar = 1197 NID
Highest denomination
25,000 NID
Beda dong dengan sanering?
Jelas beda dong, begini,
Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nliai uang. Namun harga-harga barang tetap, sehingga daya beli masyarakat turun. Hal ini pernah terjadi di Indonesia yang dikenal dengan peristiwa ‘Gunting Syarifuddin’.
Kebijakan gunting Syarifuddin dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk–utang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung. Dengan kebijaksanaan yang kontroversial itu, Sjafruddin bermaksud sekali pukul menembak beberapa sasaran: penggantian mata uang yang bermacam-macam dengan mata uang baru, mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan inflasi dan dengan demikian menurunkan harga barang, dan mengisi kas pemerintah dengan pinjaman wajib yang besarnya diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 miliar.
So lihat tabel ini untuk lebih singkatnya,
Parameter |
Redenominasi |
Sanering |
Aksi |
Penyederhanaan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka 0) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut |
Pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang |
Pengaruh terhadap harga barang |
Berpengaruh |
Tidak berpengaruh |
Daya beli |
Tetap |
Turun |
Nilai uang terhadap barang |
||
Kerugian |
Tidak |
Ya |
Tujuan |
Mengefisienkan dan menyamankan transaksi |
Mengurangi jumlah uang beredar |
Menyetarakan ekonomi dengan negara regional |
||
Kondisi saat pelaksanaan |
Makrekonomi stabil, ekonomi bertumbuh, inflasi terkontrol |
Makroekonomi labil, hiperinflasi |
Momentum pelaksanaan |
Bertahap, persiapan matang dan terukur |
Mendadak, tanpa persiapan |
Source: wikipedia.com
Oke, sekarang jelas beda ya antara redenominasi yang akan dilakukan pada 2014 dengan sanering, perekonomian yang stabil menjadi alasan dari redenominasi ini, entah bila ada alasan politik yang rumit di balik keputusan redenominasi ini.